Bijak Memahami New Normal dan Husnudzon di tengah Pandemi

Bijak Memahami New Normal dan Husnudzon di tengah Pandemi

New Normal secara harfiah dapat diartikan dengan kenormalan baru. Konkritnya adalah masyarakat dapat memulai aktivitas kembali seperti semula. Di Indonesia dalam menerapkan New Normal perlu difahami secara bijak, sebab pasien berstatus positif Covid-19 masih terus meningkat, bahkan informasi terakhir sudah melebihi 45,000 terkonfirmasi Covid-19. Selain itu, kondisi riil masyarakat sangat beragam, ada masyarakat yang tidak mengerti sama sekali tentang Covid-19, dan ada pula masyarakat memahaminya sepotong-sepotong, tidak utuh. Kondisi masyarakat dalam hal kepatuhan terhadap protokol kesehatan juga bervariatif, ada yang patuh dan ada pula yang tidak patuh, bahkan masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan lebih banyak.

Penerapan New Normal di Negara yang belum mampu menekan laju Covid-19 seperti Indonesia, berpotensi terjadinya dua hal, pertama bagi masyarakat yang tetap waspada dengan mematuhi protokol kesehatan secara konsisten, terus meningkatkan daya tahan tubuh seperti memakan makanan bergizi adalah masyarakat yang kuat dan bisa bertahan, tipe masyarakat ini terjamin keamanannya dari terjangkit Covid-19. Kedua adalah masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan dan kurang memperhatikan daya imun tubuh, potensi masyarakat tipe ini lebih besar terjangkit Covid-19 karena keamanan dari Covid-19 belum terlaksana. Perlu juga difahami bahwa pasien positif Covid-19 tidak semua bergejala, ada pasien positif Covid-19 yang tidak bergejala yang disebut dengan OTG, ini justru lebih berbahaya.

Pandangan seperti di atas menjadikan penting untuk saling berhusnudzon pada diri sendiri akan potensi terjangkit Covid-19, karena secara tidak sadar dalam rangka prodiktivitas kita terkadang lupa atau sungkan sehingga berjabat tangan dengan orang lain yang  tidak diketahui dari mana dan dengan siapa orang tersebut berkumpul. New Normal sejatinya diharapkan dapat mengembalikan produktivitas dengan keadaan tetap aman, oleh sebab itu mematuhi protokol kesehatan menjadi penting dan berhusnudzon bahwa diri kita terjangkit atau minimal berfikir tidak dalam keadaan sehat membuat sikap lebih berhati-hati dengan lingkungan dan masyarakat umum. Sebaliknya, ketika berhusnudzon diri kita sehat karena tidak ada gejala sakit membuat sikap sembrono pada diri sendiri, terlebih orang lain

Penulis : Fawait Syaiful Rahman, M.H. 

Pembantu Ketua I Bidang Akademik